Mantan Bupati Bandung Bicara Longsor Arjasari Terkait Kerusakan Alam
Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Bandung pada awal Desember baru-baru ini telah menyebabkan bencana longsor yang mengkhawatirkan. Hujan deras yang tak kunjung reda meningkatkan risiko tanah longsor di sejumlah titik rawan, salah satunya di Kampung Condong, Kecamatan Arjasari.
Sejumlah pihak menyebutkan, bencana ini dipicu oleh banyak faktor, termasuk perlakuan manusia terhadap lingkungan sekitar yang kurang perhatian. Mantan Bupati Bandung, Dadang M Naser, mengungkapkan bahwa kondisi cuaca saja tidak cukup untuk menjelaskan fenomena bencana ini; ada elemen manusia yang harus diperhitungkan.
Tanah yang tergerus bukan hanya disebabkan oleh intensitas hujan, tetapi juga minimnya vegetasi di area tersebut. Menurut informasi dari masyarakat setempat, banyak lahan yang sebelumnya merupakan hutan kini dialihfungsikan untuk perkebunan, sehingga mengurangi daya dukung tanah.
Penyebab dan Dampak Bencana Longsor di Kampung Condong
Pascakejadian longsor, keadaan di Kampung Condong menjadi memprihatinkan. Banyak rumah dan lahan pertanian terbenam akibat material yang longsor. Pengamat lingkungan menyatakan, tanpa adanya vegetasi yang memadai, tanah akan mudah tergerus, terutama saat hujan deras.
Dadang M Naser menyatakan, salah satu penyebab terjadinya longsor kali ini adalah minimnya pepohonan di puncak bukit. Tanpa akar yang kuat untuk menahan tanah, lereng yang curam menjadi sangat rawan terhadap erosi dan longsor.
Keadaan darurat yang dihadapi masyarakat setempat tidak bisa dianggap remeh. Dalam kejadian kali ini, empat orang dilaporkan menjadi korban, dengan satu orang berhasil dievakuasi sementara tiga lainnya masih dalam pencarian. Situasi ini menciptakan kepanikan dan kekhawatiran di kalangan warga yang terdampak.
Pentingnya Program Penghijauan dan Kesadaran Lingkungan
Mantan Bupati Bandung tersebut menekankan pentingnya program penghijauan untuk mencegah kejadian serupa terulang. Pengawasan dan penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang melakukan pembalakan liar atau merusak lingkungan juga perlu diperketat.
Tanaman dengan akar yang kuat seperti alpukat diusulkan sebagai alternatif untuk menggantikan tanaman yang tidak sesuai dengan kontur tanah. Dengan langkah ini, diharapkan akar tanaman dapat membantu menjaga kestabilan tanah dan mencegah erosi lebih lanjut.
Kemanfaatan sumber daya alam harus diimbangi dengan kesadaran menjaga lingkungan. Masyarakat diingatkan untuk tidak sembarangan memasuki kawasan hutan dan membuang sampah sembarangan, karena perilaku ini dapat berkontribusi pada masalah yang lebih besar.
Kolaborasi untuk Penanganan Bencana yang Lebih Efektif
Agar penanganan bencana lebih efektif, kolaborasi lintas sektor menjadi sangat krusial. Pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah lingkungan yang dihadapi.
Program-program yang fokus pada pemulihan dan rehabilitasi kawasan hutan harus diprioritaskan. Melibatkan masyarakat dalam program seperti penghijauan dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab lingkungan.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai risiko dan dampak dari bencana alam juga sangat diperlukan. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat mengadaptasi dan memitigasi risiko bencana secara lebih efektif di masa depan.




